Penjaringan Masukan untuk Pengembangan Sektor Kakao Indonesia yang Berkelanjutan

Penjaringan Masukan untuk Pengembangan Sektor Kakao Indonesia yang Berkelanjutan


Jakarta, 26 Oktober 2021—Sebagai upaya untuk memperoleh masukan dalam pengembangan beberapa komoditas ekspor Indonesia, Kementerian Luar Negeri menyelenggarakan serangkaian pertemuan daring dengan mengundang para pakar dan masyarakat umum lainnya untuk terlibat aktif dalam proses kegiatan ini. Dan kegiatan yang sama ini juga dilaksanakan guna mengeksplorasi lebih lanjut tentang potensi dan tantangan dalam membangun kakao berkelanjutan di Indonesia.

Pertemuan yang diselenggarakan dengan memadukan pertemuan daring dan luring ini dilaksanakan di Selasa, 26 Oktober 2021 dan dipandu langsung oleh Wahyu Wibowo, Direktur Eksekutif Cocoa Sustainability Partnership. Pertemuan ini mengambil tema sebagai proses  Jaring Masukan Virtual "Commodities Updates”: Membangun Kakao Berkelanjutan Indonesia: Potensi dan Tantangan ini menghadirkan Antonius Yudi Triyantoro, Direktur Perdagangan Komoditas dan Kekayaan Intelektual, Kementerian Luar Negeri; Ina Hagniningtyas Krisnamurthi, Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Diplomasi Ekonomi, Kementerian Luar Negeri; Asep Asmara, Direktur Ekspor Produk Pertanian dan Kehutanan, Kementerian Perdagangan; Edy Sutopo, Direktur Industri Minuman, Tembakau, dan Bahan Penyegar, Kementerian Perindustrian; Agung Wahyu Susilo, Kepala Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia; dan Insan Syafaat, Direktur Eksekutif Partnership for Indonesian Sustainable Agriculture (PISAgro).



Dalam paparan awalnya, Antonius Yudi Triyantoro mengatakan bahwa rangkaian pertemuan ini adalah fokus dari Kementerian Luar Negeri untuk pengembangan komoditas ekspor unggulan Indonesia dengan menitik beratkan perhatiannya pada isu keberlanjutan. Ina Hagniningtyas Krisnamurthi, dalam paparan kuncinya mengatakan bahwa serangkaian pertemuan yang digagas oleh Kementerian Luar Negeri ini adalah memanfaatkan rencana penyelenggaran World Cocoa Conference yang akan diselenggarakan di Bali pertengahan 2022 mendatang. "Saat pelepasan ekspor komoditas pertanian beberapa waktu yang lalu, Presiden Joko Widodo menyampaikan bahwa sektor pertanian adalah salah satu sektor yang bisa bertahan dan memberi penghidupan bagi masyarakat dalam masa pandemi," kata Staf Ahli Menteri Luar Negeri Bidang Diplomasi Ekonomi Kementerian Luar Negeri ini. Ina juga menambahkan bahwa fokus kegiatan jaring masukan ini adalah untuk melihat pandangan umum sektor kakao secara global, peluang sektor kakao Indonesia, tantangan kakao berkelanjutan, dan bagaimana diplomasi komoditas yang diupayakan oleh kementerian ini.



Asep Asmara mengungkapkan pencapaian kinerja ekspor dan impor produk kakao dan turunannya di Indonesia. Untuk pangsa pasar internasional, ekspor kakao dan produk turunannya mengalami fluktuasi selama masa tertentu. "Misalnya saja produk pasta cokelat, di tahun 2020, Indonesia berkontribusi sebesar 4,8% dalam pasar internasional. Sedangkan untuk produk lemak dan bubuk kakao, pencapaian ekspor sektor kakao Indonesia adalah masing-masing 13,9% dan 6,4%. Sementara persentase ekspor produk akhir berupa makanan atau minuman cokelat hanya sekitar 0,16%," tambah Asep Asmara.



Dari sisi industri pengolahan kakao dan produk cokelat, Edy Sutopo mengungkapkan bahwa kapasitas terpasang industri dalam negeri adalah sekitar 739.250 ton per tahun. "Saat ini, jumlah industri pengolahan produk turunan kakao di Indonesia adalah 11 perusahaan. Dan pada tahun 2020, utilisasi industri pengolahan kakao mencapai 51,35% dengan penggunaan bahan baku dari dalam negeri sebesar 180.763 ton dan sisanya impor sebesar 198.838 ton," kata Edy Sutopo.



Di sesi berikutnya, Agung Wahyu Susilo mengatakan bahwa hal yang bisa dilakukan bersama adalah bagaimana meningkatkan produktivitas kakao dalam negeri untuk menutupi tingkatan impor. "Secara bersama-sama, peningkatan konsumsi dalam negeri yang harus ditingkatkan. Jika animo masyarakat terhadap produk olahan kakao di dalam negeri meningkat, maka secara otomatis juga akan meningkatkan produktivitas kakao dalam negeri. Karena pemintaan bahan mentahnya semakin meningkat," kata Agung Wahyu Susilo.



Insan Syafaat dalam paparan akhir di sesi ini juga menggambarkan bagaimana para pemangku kepentingan di sektor kakao Indonesia harus berkoordinasi, berkomunikasi, dan bekerja sama. "Dalam menerapkan inisiatif yang memampukan petani, PISAgro mengembangan pola kerja sama yang inklusif dengan menempatkan petani di pusat ekosistem ini," tutupnya.

Penjaringan masukan yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri ini dihadiri oleh para pemangku kepentingan di sektor kakao Indonesia seperti peneliti, industri pengolahan makanan dan minuman, dan juga perwakilan pemerintah dari beberapa kementerian terkait. Selain itu, kantor perwakilan Indonesia di beberapa negara turut hadir. Masukan dan pemikiran membangun lainnya yang berhasil dihimpun dalam pertemuan ini akan digunakan sebagai bahan dan referensi pemerintah dalam proses pengambilan keputusan. (CSP/AH)

LAPORAN MENJADI ANGGOTA