Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman tentang Pendekatan Lanskap

Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman tentang Pendekatan Lanskap

Jakarta, 13 September 2021—Cocoa Sustainability Partnership (CSP) adalah organisasi dengan keanggotaan yang terdiri dari pemegang kepentingan publik/swasta yang bekerjasama menuju kakao Indonesia yang berkelanjutan. Dengan adanya konsep yurisdiksi, atau lanskap, Sekretariat CSP sedang bekerja untuk memicu berbagai kerjasama yang bersifat multi-sektoral di wilayah tertentu.  Selain daripada itu, Sekretariat CSP ingin mendalami topik lanskap untuk memperluas ilmu pribadi dan mengetahui pengalaman yang dimiliki oleh organisasi/perusahaan baik dari sektor kakao maupun dari sektor lain dengan pola kegiatan yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, Sekretariat CSP mengundang beberapa narasumber untuk menyampaikan materi berdasarkan pengalaman masing-masing mengenai inisiatif lanskap yang pernah atau sedang diimplementasikan. Kegiatan tersebut diadakan dengan memadukan metode daring dan luring. Dan selama penyelenggaraannya disesuaikan dengan protokal keselamatan saat pandemik yang berlaku, dan akan bersifat informal/interaktif untuk memaksimalkan pembahasan antara peserta dengan para narasumber.

Lokakarya internal ini dilaksanakan dengan tujuan agar staf CSP mampu memahami konsep dan tujuan dari pendekatan lanskap, mengetahui beberapa program lanskap yang sedang dijalankan/direncanakan, mampu mengidentifikasikan peluang kolaborasi di dalam satu wilayah, lebih memahami tantangan dan kesuksesan di dalam program landskap, mampu merancang kerangka inisiatif lanskap, dan Sekretariat CSP mampu memfasilitasi kegiatan terkait dengan lanskap di sektor kakao di Indonesia sesuai dengan program anggota CSP dan donor. Kegiatan ini diselenggarakan pada 13 September 2021, dan difasilitasi secara aktif oleh Jeremy Hicks sebagai konsultan CSP.


Di sesi pertama, Rifat Aldina, Manajer Program Proforest Indonesia, menyampaikan presentasi tentang konsep, tujuan, dan pelingkupan dalam pendekatan lanskap. Proforest telah membuat sebuah panduan tentang keterlibatan dalam inisiatif lanskap di mana ada beberapa langkah-langkah seperti memahami tentang proses pasok, mengidentifikasi prioritas dan lingkungan yang memampukan, mengidentifikasi inisiatif yang sudah ada, dan memutuskan inisiatif apa yang akan dilibatkan. Lalu di tingkat yang lebih konkrit yaitu mempersiapkan sumber daya dan menentukan cakupan kegiatan yang akan dikerjakan, membangun kepercayaan dengan beberapa pemangku kepentingan, lalu merencanakan dan mengimplementasikan intervensi dan kemudian berkomunikasi serta berkoordinasi, dan terakhir melakukan pemantauan dan evaluasi. "Kakao ini menjadi salah satu komoditas yang berkontribusi terhadap perkembangan ekonomi di Sulawesi Selatan. Dan program yang dikerjasamakan dengan Mondelēz di wilayah empat kabupaten, yakini Pinrang, Luwu, Enrekang dan Soppeng. Untuk kakao, diidentifikasi juga perusahaan lain yang ada yaitu Mars, Cargill, dan Olam. Diidentifikasi pula bahwa di provinsi ini, sekitar 31% dari luas totalnya masih berupa hutan. Juga dilakukan penilaian untuk mengidentifikasi potensi kawasan dengan HCV (High Conservation Value) dan HCS (High Carbon Stock)," kata Rifat Aldina.

Untuk melihat tantangan dan kesuksesan dalam penerapan inisiatif lanskap, Jeni Pareira selaku Manajer Program Lanskap Berkelanjutan di Wildlife Conservation Society (WCS) Indonesia juga ikut berpartisipasi secara aktif sebagai narasumber. Ia mengatakan bahwa WCS menerapkan langkah-langkah dengan Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan untuk melakukan monitoring dan patroli menggunakan SMART (Spatial Monitoring and Reporting Tools), kemudian secara berkala melakukan monitoring keanekaragaman hewan, dan membantu menangani konflik antar manusia dan margasatwa. "Selain itu, WCS juga mendorong terjadinya Roundtable on Sustainable Coffee in Bukit Barisan Selatan Landscape. Sejauh ini sudah melakukan enam diskusi para pihak secara luring dan daring yang dihadiri oleh perwakilan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, pemerintah daerah, LSM, perwakilan kelompok petani, dan perusahaan kopi yang beroperasi di Lampung," tambahnya.


Lokakarya internal ini diharapkan mampu membekali pengetahuan dan pengalaman bagi staf Sekretariat CSP. Hasil pembelajaran ini akan diaplikasikan dalam kegiatan dan inisiatif yang berhubungan dengan pendekatan lanskap dan yurisksional yang akan diterapkan oleh CSP dalam masa mendatang. (CSP/AH)

LAPORAN MENJADI ANGGOTA