
Kajian Awal Pendapatan Petani Kakao di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan
Palu, 12 Februari 2022—Sebagian besar wilayah di Sulawesi seringkali disebut sebagai pusat produksi kakao secara nasional. Data BPS memperlihatkan bahwa di tahun 2020, wilayah ini berkontribusi sekitar 59,4% dari jumlah produksi kakao nasional. Pertumbuhan tersebut ditunjang dari persebaran perkebunan kakao yang utama di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara.
Mengingat bahwa jumlah petani kakao rakyat yang menggantungkan sumber pendapatannya di sektor ini sangat tinggi, maka kesejahteraan mereka pun harus menjadi perhatian utama bagi para pemangku kepentingan di sektor ini. Sangatlah diharapkan bahwa sektor kakao akan menjadi sumber penghasilan utama bagi petani kakao yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia.
Sejalan dengan hal tersebut, beberapa tahun terakhir ini, Cocoa Sustainability Partnership bersama anggota dan mitra strategisnya telah menginisiasi sebuah kajian untuk melihat seperti apa kondisi penghidupan petani kakao rakyat di wilayah pusat pengembangan produksi kakao di Sulawesi. Kajian tersebut adalah untuk melihat kesenjangan antara penghasilan petani dari sektor kakao dan pengeluaran sehari-hari untuk kebutuhan hidup.
Sebelum menuju ke arah tersebut, CSP menerapkan sebuah kajian awal untuk melihat kondisi penghidupan petani kakao rakyat di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan. Kajian awal ini akan digunakan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan dalam menghitung secara keseluruhan kesenjangan antara penghasilan dan pengeluaran petani dalam kehidupan sehari-hari. Pelaksanaan kegiatan awal ini dilakukan oleh dua orang konsultan CSP dari Universitas Prasetiya Mulya, Jakarta.
Kegiatan kajian awal ini dilaksanakan di Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong di Provinsi Sulawesi Tengah dan Kabupaten Luwu Utara di Provinsi Sulawesi Selatan. Secara umum, kajian awal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran dasar tentang pola diet keluarga petani kakao, kondisi rumah, akses transportasi, akses kesehatan, dan akses pendidikan. Selain itu, beberapa informasi tambahan lainnya juga dikumpulkan melalui metode diskusi kelompok terarah beberapa kelompok petani di masing-masing wilayah.
Setelah merampungkan kajian awal ini, maka pihak konsultan akan melanjutkan kegiatan berupa penelitian lapangan untuk mengumpulkan data-data utama. Data-data tersebut akan digunakan untuk menghitung segala biaya yang dikeluarkan keluarga petani kakao untuk kehidupan sehari-hari mereka, dan juga akan melengkapi data-data yang sudah dikumpulkan selama proses kajian awal ini.
Kegiatan penghitungan penghasilan dan pengeluaran keluarga petani yang diinisiasi oleh CSP ini didukung oleh GIZ, Swisscontact, Rikolto, dan beberapa mitra strategis lainnya unutk diterapkan di beberapa wilayah di Indonesia. (CSP/AH)