GIZ dan CSP Kaji Modul Pelatihan GAP Kakao untuk Petani dan Penyuluh Lapangan di Sulawesi Tengah

GIZ dan CSP Kaji Modul Pelatihan GAP Kakao untuk Petani dan Penyuluh Lapangan di Sulawesi Tengah

Sulawesi Tengah, 13 Oktober 2022 - Potensi pasar kakao yang besar di Indonesia menjadi kesempatan baik bagi petani kakao untuk meningkatkan tingkat penghidupan mereka. Namun, masih sedikit petani kakao di Indonesia yang memanfaatkan potensi besar tersebut dengan maksimal.

Sektor kakao di Indonesia masih dihadapkan pada penurunan produktivitas tanaman yang sebagian besar disebabkan oleh tanaman tua, teknis perawatan tanaman, dan manajemen kebun. Oleh karena itu, The Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH, dan Cocoa Sustainability Partnership (CSP) melakukan inisiasi dalam upayanya membantu petani melalui proyek Sustainability and Value Added in Agricultural Supply Chains in Indonesia (SASCI+). Proyek ini bertujuan meningkatkan pendapatan petani, menjaga sumber daya alam, dan membangun rantai pasokan yang bebas desforestasi.

Inisiasi yang dimulai pada bulan Juli hingga Oktober 2022 ini ditargetkan untuk membantu 4.000 petani kakao dalam meningkatkan hasil panen dan mengimplementasikan praktik pertanian kakao berkelanjutan.

Sebagai bagian dari proyek SASCI+, Manajemen Pelatihan Petani kakao dan Pelatihan Petugas Penyuluh Lapangan dilaksanakan di empat kecamatan di Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah. CSP bersama mitra strategis SASCI+ bekerja bersama dalam mencapai tujuan inisiatif tersebut di Kecamatan Nokilalaki, Kecamatan Palolo, Kecamatan Kulawi, dan Kecamatan Kulawi Selatan. Inisiatif ini diharapkan mampu menjangkau sekitar 40 orang petani kakao rakyat, dan 15 orang tenaga penyuluh lapangan.

Inisiatif ini juga didukung oleh Dinas Perkebunan dan Pertanian Provinsi Sulawesi Tengah, Dinas Perkebunan dan Pertanian Kabupaten Sigi, JB Cocoa, serta Olam Food Ingredients (ofi).

CSP yang didampingi oleh tenaga ahli juga melakukan pengkajian pelatihan petani kakao yang telah dan akan dilakukan di wilayah kerja mitra strategis tersebut. Rangkaian kegiatan dalam kajian ini meliputi pengumpulan data dasar tentang ketersedian modul, materi, dan kurikulum pelatihan GAP yang digunakan oleh penyuluh lapangan.

Pengumpulan data dasar tersebut juga meliputi jenis pelatihan yang diterima oleh petani, penyedia layanan, persepsi tentang kualitas pelatihan, target, pelatihan yang berorientasi pada kebutuhan, dan tingkat adopsi petani.

Salah satu temuan di lapangan menunjukkan bahwa tingkat adopsi petani terhadap materi pelatihan masih relatif rendah. Dari 40 orang petani yang diwawancarai, hanya tujuh orang yang menerapkan materi pelatihan yang telah diterima sebelumnya. Secara umum, alasan petani untuk tidak menerapkan pengetahuan tersebut adalah tidak ada akses pembiayaan dan kurangnya tenaga kerja.

Pada FGD, CSP bersama tenaga ahli juga menggali hal apa saja yang menjadi tantangan penyuluh lapangan ketika memberikan pelatihan ke petani. Dan ketersediaan modul pelatihan dan kurikulum pelatihan GAP di lapangan juga menjadi kendala tersendiri.

Untuk membangun sebuah modul dan kurikulum pelatihan, maka kesesuaian materi pelatihan dan materi yang runut perlu menjadi perhatian bagi penyuluh lapangan. Hal tersebut dilakukan agar tingkat adopsi GAP oleh petani bisa ditingkatkan,” ungkap Ismet Khaeruddin, staf GIZ di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah, pada lokakarya diseminasi hasil kajian ini di Palu, Kamis, 13 Oktober 2022, silam. Ia juga menambahkan bahwa pelibatan perempuan dan remaja dalam praktek perkebunan juga perlu untuk diinisiasi untuk mendukung upaya peningkatan produktivitas kakao.

Secara umum, kajian ini memberikan rekomendasi bahwa dengan memperpanjang waktu penyampaian materi, pelibatan perempuan dan remaja dalam praktik perkebunan kakao, dan dukungan dari pemangku kepentingan lainnya menjadi hal yang perlu diperhatikan. Upaya bersama ini harus dibangun untuk mendukung kemajuan komoditas kakao di Sulawesi Tengah.

Salah satu hal menarik yang dijadikan sebagai rencana tindak lanjut dari kajian ini adalah perlunya penguatan pembekalan teknik penyampaian materi pelatihan GAP kakao berkelanjutan kepada penyuluh lapangan. Selain itu, pelatihan penyegaran juga harus dilaksanakan. Sebagai langkah awal, CSP telah mendistribusikan Kurikulum Nasional dan Modul Pelatihan Budidaya dan Pasca Panen Kakao Berkelanjutan kepada penyuluh lapangan di wilayah kerja mereka. Kurikulum nasional tersebut merupakan dokumen yang telah disetujui pemerintah untuk dijadikan sebagai acuan bahan lengkap untuk pelatihan kakao berkelanjutan. (CSP/AV)

LAPORAN MENJADI ANGGOTA