Wanatani di Sektor Kakao, Antisipasi terhadap Perubahaan Iklim untuk Melindungi Sumber Penghidupan Petani Rakyat
Jakarta, 14 Oktober 2025 – Kakao berkontribusi 19,25% kepada produk dometik bruto (PDB) nasional. Selain itu, tulang punggung kakao adalah petani rakyat, mereka mendirikan 99,63% dari total petani kakao di Indonesia.
Dengan besarnya kontribusi kakao terhadap perekonomian nasional serta menjadi penyokong jutaan petani rakyat Indonesia, Cocoa Sustainability Partnership (CSP) yang didukung oleh Rikolto Indonesia, menyelenggarakan webinar bertajuk “Webinar on Agroforestry Approaches in the Cocoa Sector Strengthen Farmers’ Climate Resilience”. Webinar ini mendatangkan narasumber ahli dari CIFOR-ICRAF, Rikolto Indonesia, dan Preferred by Nature.
“Saya berharap di webinar ini kita dapat bisa berbagi pengetahuan dan studi terbaru tentang kakao serta lanskap di Indonesia. Lalu, kita dapat memperkuat peran agroforestry (wanatani) dalam meningkatkan ketahanan petani terhadap perubahan iklim dan melindungi sumber penghidupan mereka.” kata Maria Benedikta, Bendahara Dewan Pengawas, Cocoa Sustainability Partnership (CSP).
“Webinar ini merupakan bentuk nyata kolaborasi multipihak, sehingga secara bersama kita dapat mempromosikan agroforestry di sektor kakao.” tambah Maria.
Pendekatan wanatani, menjadi penting karena dapat menanggulangi dan mengurangi kerentanan akibat perubahan iklim.
“Kerentanan pertanian di Indonesia dapat dilihat dari sensitivitas pertanian, pesisir, kapasitas adaptif, dan faktor sosial. Perluasan praktik agroforestry dapat mengurangi sensitivitas atau kerentanan masyarakat, melalui penurunan laju deforestasi, menjaga keberagaman hayati, serta mengurangi kemungkinan dampak negative lainya seperti, konflik manusia-hewan dan tanah longsor.” kata Kusuma Dewi, Project Manager, Preferred by Nature.
Webinar ini juga menelusuri strategi-strategi wanatani seperti cara menintegrasikan pohon peneduh, diversifikasi tanaman, dan penggunaan lahan secara berkelanjutan. Secara umum, wanatani mencoba mereplikasi dan mengoptimalkan proses-proses dalam ekosistem hutan untuk menghasilkan pangan, memperbaiki lingkungan, serta menjaga keberagaman hayati.
“Pada hakikatnya, agroforestry merupakan praktik pertanian yang didasarkan peniruan ekosistem hutan atau alam.” jelas Peni Agustijanto, Cocoa & Coffee Programme Technical Advisor, Rikolto Indonesia.
“Dengan memanfaatkan praktik agroforestry, dapat dicapai pertanian yang meningkatkan keanekaragaman hayati dan pemanfaatan lahan yang lebih produktif. Tentunya, praktik ini lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan sistem monokultur pada umumnya.” tambah Peni.
Untuk memperluas ketahanan sektor kakao Indonesia, diperlukan juga penguatan kapasitas petani untuk mengadopsi praktik-praktik wanatani.
“Di Indonesia, diperlukan penyuluhan kolaboratif terkait agroforestry yang melibatkan seluruh pihak dari lembaga penelitian, swasta, publik, serta pemerintah. Dengan menggandeng seluruh pihak, kita dapat menjadikan praktik agroforestry ini lebih nyata.” kata Endri Martini, Agroforestry System and Extension Scientist, CIFOR-ICRAF.
“Selain itu, diperlukan juga skema kebun belajar partisipatif yang dapat menjadi tempat belajar untuk memperbaiki produktivitas kebun antara petani, peneliti, penyuluh, dan swasta.” tambah Endri.
Tentang Cocoa Sustainability Partnership (CSP)
CSP adalah forum untuk kolaborasi publik-swasta dan secara aktif untuk kemajuan pengembangan kakao di Indonesia dan mendukung sektor kakao Indonesia di pasar internasional. CSP didirikan untuk meningkatkan komunikasi, koordinasi, kolaborasi antar pemangku kepentingan publik-swasta yang terlibat langsung dalam kegiatan kakao berkelanjutan di Indonesia atas dasar manfaat untuk semua pemangku kepentingan di sektor kakao.
Tentang Rikolto
Rikolto adalah sebuah lembaga non-pemerintah internasional dengan pengalaman lebih dari 50 tahun dalam bermitra dengan organisasi petani dan pemangku kepentingan rantai pangan di Afrika, Asia, Eropa, dan Amerika Latin. Di Indonesia, Rikolto telah hadir sejak 1950, dan selama lebih dari 40 tahun kami mendukung koperasi petani dan proyek kami telah membantu lebih dari 15.310 produsen pangan nasional.