
Pemanfaatan Lanskap Berkelanjutan Menggunakan Go and No Go Area
Jakarta, 15 Maret 2022 – Pemanfaatan
keberlanjutan lanskap menjadi salah satu faktor penting untuk menjaga lahan
pertanian agar tetap lestari. Kelestarian lingkungan yang terjaga akan
menghasilkan keberlanjutan lanskap yang baik bagi generasi berikutnya.
Oleh karena itu Cocoa Sustainability
Partnership mengundang salah satu perwakilan dari Yayasan Inisiatif Dagang
Hijau Indonesia (IDH) untuk melakukan diskusi terkait arah pengelolaan lanskap
berkelanjutan. IDH melakukan analisis lanskap pada lahan untuk menentukan mana
lahan yang dapat dimaksimalkan potensinya untuk komoditas pertanian dan
perkebunan.
Kawasan Ekosistem Leuser bagian timur
menjadi pilihan dilakukannya analisis yang menggunakan metode Multi-kriteria Spasial
Ground Checking yang memformulasikan Highest and Best Uses (HBU). Metode Multi-kriteria
Spasial Ground Checking adalah penggabungan konsep overlay pada lingkup sistem
informasi geografis dan konsep Analytical Hierarchy Process (AHP) yang
juga mempertimbangkan kondisi tanah.
Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah
suatu metode yang dapat menirukan manusia dalam mewujudkan tujuan terhadap
masalah yang kompleks dan tidak terstruktur menggunakan cara yang mudah.
Sedangkan Highest and Best Uses
adalah daya guna maksimal dari lahan secara fisik dan paling mungkin digunakan.
Untuk mendukung program analisis lanskap berkelanjutan ini IDH juga bekerja
sama dengan tim dari Institut Pertanian Bogor (IPB).
IDH memperkenalkan Go and No Go Area
dimana kita dapat melihat No Go Area sebagai kawasan hutan lindung atau kawasan
konservasi yang berada di dalam Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Sedangkan Go
Area merupakan kawasan yang memiliki potensi baik untuk ditanami oleh komoditas
agroforestri terutama kakao yang berada pada KEL bagian luar.
Terdapat beberapa kriteria yang
digunakan untuk membedakan lahan Go and No Go Area yaitu menggunakan High
Conservation Value (HCV) dan High Carbon Stock (HCS). Faktor lain
yang dapat mempengaruhi suatu lanskap menjadi No Go Area adalah adanya kawasan
satwa liar.
Sebagian besar dari kawasan Go Area
memiliki potensi yang bagus untuk dimanfaatkan sebagai perkebunan kakao. Keunggulan
lainnya tanaman kakao tidak mempengaruhi kehidupan gajah di sekitar Kawasan
Ekosistem Leuser.
Bagian luar kawasan ekosistem leuser
penerapan agroforestri pada tanaman kakao juga dinilai baik. CSP dan para
pemangku kepentingan harus berkerja sama dalam mewujudkan keberlanjutan tata
ruang yang baik agar Kawasan Ekosistem Leuser tetap terjaga dan tidak rusak
oleh ulah manusia.
CSP bersama para pemangku kepentingan yang
dibantu oleh IDH mengupayakan penerapan metode Go and No Go Area untuk menjaga
kelestarian hutan dan kehidupan satwa liar. Diharapkan dapat diterapkan di
seluruh wilayah Indonesia dan petani dapat menyadari betapa pentingnya menjaga
lanskap yang berkelanjutan.(CSP/AV)